Paradigma?
Cara pandang, pola pikir, cara berpikir atau kerangka berpikir. Atau cara kita melihat suatu fenomena dan fakta-fakta di sekitar kita.
Bagaimana contoh yang paling mudah dalam memahami paradigma?
Untuk memahami paradigma adalah dengan menganggap kita sedang memakai kaca mata berwarna, maka apa yang kita lihat disekeliling kita akan sangat dipengaruhi oleh kaca mata yang kita pakai. Cobalah pakai kaca mata biru selama 1 jam, lalu anda berjalan-jalan keliling kota atau desa. Anda pasti akan melihat secara berbeda warna-warna disekeliling anda.
Setiap orang memiliki paradigma, ada yang sama ada yang berbeda. Misalnya kalau anda pakai kaca mata biru, mungkin orang lain ada yang memakai kaca mata merah, lainnya lagi warna kuning, warna hijau dan lain-lain.
Yang menjadikan masalah adalah kalau kita tidak menyadari bahwa kaca mata kita berbeda dengan orang lain. Bisa berbeda dengan istri, bapak, ibu, saudara, teman dekat dan lain-lain.
Coba tanyakan dalam anda sendiri, bila anda selalu memakai kaca mata biru, dan tidak pernah melepasnya, atau bahkan anda sudah tidak menyadari bahwa kaca mata anda berwarna biru, apa yang akan terjadi? Setiap hari Anda akan selalu berbeda pendapat dengan banyak orang yang mengobrol dengan anda tentang warna-warna. Bila orang-orang disekitar anda memakai kaca mata hijau.
Namun anda akan mudah sependapat dan sepaham dan tidak terlibat perbedaan atau konflik dengan orang-orang di sekitar anda yang sama-sama memakai kaca mata biru.
Pengaruh Paradigma?
Contoh yang paling mudah, yang seringkali saya pakai dalam training yang saya lakukan adalah dengan meminta peserta untuk menggambar pemandangan. Buatlah gambar pemandangan dalam waktu 5 menit sekarang juga. Anda bisa mencobanya di rumah atau jadi media tes dalam sebuah kelompok. Kebanyakan dari peserta (seringkali hampir semuanya) yang ikut traning (kecuali peserta training yang sudah tahu atau pernah mengikuti traning ini sebelumnya), akan menggambar pemandangan berupa gunung (sebagai gambar utamanya), yang diwarnai jalan, sawah, awan, matahari atau yang biasa di gambar sejak kecil.
Pertanyaannya adalah mengapa bisa terjadi seperti itu? Bukanlah laut, bunga, pohon, sungai dan gambaran alam lainnya juga pemandangan?
Inilah salah satu contoh kasus untuk mengetahui pengaruh atau dampak paradigma. Kalau sejak kecil, atau biasanya sejak Sekolah Dasar, kita hanya diajari oleh guru kita menggambar/melukis pemandangan dalam bentuk gunung, maka pemandangan adalah gunung akan melekat dalam diri kita, dan menganggapnya sebagai suatu hal yang benar, tanpa mampu mengembangkan lebih luas lagi bahwa masih banyak pemandangan lain.
Fenomena ini saya temukan ketika mengisi training di hampir semua wilayah di Indonesia. Bahkan masyarakat pesisir pantai yang jauh dari gunung, bahkan jarang sekali melihat gunung juga menggambar gunung dalam gambar pemandangannya. Hebat bukan?
“Paradigma akan mempengaruhi pikiran, ucapan dan tindakan seseorang”
Apa saja yang mempengaruhi Paradigma seseorang?
Berikut ini adalah hal-hal utama yang mempengaruhi paradigma seseorang:
- Paradigma orang tua yang sejak kecil sudah ditanamkan orang tua pada kita.
- Paradigma Pendidikan di sekolah, teman maupun gurunya.
- Lingkungan sosial.
- Bacaan dan tontonan.
4 hal di atas adalah faktor-faktor utama luar menjadi penyumbang terbesar paradigma seperti apa yang kita miliki, selain sifat dasar yang secara genetik sudah kita miliki.
Paradigma yang tertanam lama di dalam diri kita, dan dibenarkan oleh lingkungan sekitar kita, dengan sendirinya lambat laun akan melekat dalam diri, menjadi tolak ukur kita dan melihatnya sebagai pendapat yang paling benar. Dan sangat sulit untuk menerima pendapat orang lain, yang memiliki paradigma yang berbeda.
Apakah paradigma bisa berubah?
Tentu bisa. Seringkali begitu orang mengetahui dan memahami tentang paradigmanya, maka dengan relatif mudah dia mampu merubahnya. Namun, ada paradigma yang sudah tertananm sejak kecil dan dipengaruhi oleh banyak orang disekitar kita, dan tertanam kuat dalam diri kita, bahkan telah menjadi kebiasaan kita, akan membutuhkan waktu untuk merubahnya sampai menjadi kebiasaan baru.
Dalam aktifitas harian, tanpa kita sadari seringkali pernah mengalami perubahan-perubahan paradigma. Saya pernah mengalami sebuah contoh kasus perubahan paradigma kecil:
Pada suatu sore hari, perasaan saya sedang kacau, gelisah dan ingin marah, karena ada temen saya yang mengingkari janjinya. Teman saya ini pinjam buku dan berjanji akan mengembalikan pada pagi hari, karena besok paginya akan ada ujian semester.
Tentu saja seharian ini saya tidak bisa belajar, karena bukunya di bawa teman saya. Sampai sore hari, teman saya belum juga datang. Mencoba pinjam catatan buku teman lainnya, malah membuat saya pusing, karena tulisannya yang kurang bagus dan sulit untuk saya baca.
Saya mencoba bersabar, dan berharap bahwa malam ini dia akan mengembalikan, sehingga ada kesempatan saya untuk belajar sekalipun lembur. Namun apa yang terjadi? Sampai pukul 10.00 malam ternyata teman saya tidak datang juga. Sehingga dengan perasaan yang tidak karuan, saya belajar seadanya dengan buku yang sudah saya pinjem dari teman yang lain.
Pagi harinya kira-kira jam 7.00 pagi, teman saya ini datang. Dengan perasaan marah yang tertahan saya temui dia. Namun belum sampai saya mengeluarkan kata-kata, teman saya bilang meminta maaf karena telah lupa mengembalikan buku. Dia bilang orang tuanya sedang kena serangan jantung secara tiba-tiba dan terpaksa dibawa ke rumah sakit karena kondisinya sangat kritis. Sampai pagi ini orang tuanya masih berada di ruang ICU.
Saya tidak tahu bagaimana prosesnya, namun setelah saya tahu duduk masalah yang sedang dihadapinya, saat itu juga, secara tiba-tiba, perasaan marah saya sudah berubah. Dari rasa ingin marah berubah menjadi rasa ikuti prihatin dan bersimpati. Muncul keinginan untuk membantu meringankan beban hidupnya. Bahkan perasaan kacau dan khawatir gagal dalam ujian semester menjadi jauh berkurang dan tidak begitu kupedulikan. Toh kalau gagal, saya masih bisa mengulanginya dengan ikut sesmester pendek.
Itu merupakan contoh perubahan paradigma, sekalipun perubahan paradigma yang sesaat dan situasional. Tentunya paradigma lain dalam diri kita, yang sudah tertanam sejak kita masil kecil dan sudah melekat kuat, memerlukan waktu & kemauan yang kuat untuk merubahnya. Yang jelas, kita bisa dan mampu untuk merubah paradigma kita selagi kita memiliki niat, tekad dan semangat untuk merubahnya.
Apa keuntungan memahami paradigma?
Karena paradigma itu sudah ada dalam diri kita dan mempengaruhi pikiran, ucapan dan tindakan kita, maka kita akan sangat diuntungkan kalau kita memahaminya. Paham akan paradigma dan pengaruhnya akan memudahkan kita melakukan komunikasi dan membuat kerjasama dengan orang lain, karena kita akan mampu memahami orang lain, membuat pikiran kita terbuka dan kreatif.
Bagaimana menyikapi perbedaan paradigma?
Caranya sederhana, yaitu dengan berusaha untuk memahami dan menganalisa pendapat orang lain yang berbeda dengan kita. Sampai kita benar-benar tahu sudut pandang dan alasan yang mendasari perbedaan pendapat itu. Atau dalam bahasa lain disebut empati. Tentunya dalam hal ini dibutuhkan kesabaran dan pengendalian diri.
Kita tidak harus berubah, kalau paradigma yang kita miliki atau kaca mata yang kita pakai sudah sesuai dengan keinginan dan tujuan hidup kita. Namun mengetahui paradigma orang lain atau kaca mata yang dipakai orang lain, akan memudahkan kita menyikapi perbedaan-perbedaan.
Salah satu munculnya konflik antar manusia atau antar kelompok adalah adanya perbedaan paradigma. Sebaliknya, saling memahami perbedaan paradigma akan mampu meminimalkan konflik, bahkan merubahnya dan mentransformasikannya menjadi kekuatan kerjasama yang sangat besar.
Contoh perbedaan paradigma yang paling mudah kita temui adalah dalam keluarga kita sendiri. Seringkali antara orang tua dengan anak memiliki kecenderungan cara pandang atau cara berpikir yang berbeda.
Orang tua sudah mengalami banyak pengalaman hidup, baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan yang membuatnya trauma. Semuanya bisa berbeda dengan pengalaman yang menyedihkan dan menyenangkan bagi seorang anak.
achie says
oek bgt artikelnya. đ cuma kyanya da yang kurang tuh â
cara ngerubah paradigma hidup tuh kya gimana seh â
tolong dijelasin yugh â
Thank`s đ
mmfaozi says
Terimakasih achie atas komentarnya…
Kayaknya sih ada yang kurang, tentang bagaimana cara merubah paradigma.
Cara paling sederhana ya dengan banyak melihat paradigma orang lain. Semakin banyak paradigma orang lain yang kita ketahui, akan memudahkan dan medorong kita untuk membuat pilihan pola pikir. Trus, berusaha untuk mengubah paradigma lama kita.
Atau insyaallah dalam waktu dekat akan aku lanjutkan dengan artikel tentang “merubah paradigma”. Ok???
yaka sulistya wijana says
wah hebat
trimaksih sdh diberikan pencerahan…
materi ini saya sharing dengan anak saya, kebetulan anak saya nanya yang masalah disuruh bikin gambar bintang yang melewati kotak segi empat, saya lupa jawabannya.
bisa bantu saya kah?
trimaksih
salam n sukses slalu
MMFaozi says
Pak Yaka, minta maaf, malah saya belum tahu makna dari gambar itu. Atau kalau Pak Yaka dah dapat artinya saya dikasih tahu yaa. Barangkali bisa bermanfaat juga untuk orang lain..
Ahmad roghibi says
Mas,saya trtarik dengan bagian akhir artkel datas,yaitu perbdaan paradgma dgn orng tua,karena hal ini sering skali sy alami
sdkt curhat nh mas,
sy bĂŹh byk diam ktk mempunyai pardigma(pendpat)yg brbeda dgn org tua,hal ni krn ktdkcakapan sy dalam brbcara shngga sy tkut kta2 sy bs mnykiti org tua sy..tetapi dblakang sy slalu menggumam..oleh krena itu mas,sy minta saran yg jitu agar sy bs lbh mnghargai perbdaan dgn org tua sy?trmksh mas
Myth says
Amazing,sya sedang kesulitan memahami arti paradigma dalam pelajaran kewarganegaraan,namun artikel ini sgt membantu sya dalam mengartikan kata paradigma,terima kasih đ